05 November 2013

5:52 PM
3
Mentari pagi dengan dari ufuk timur dan bunyi kokok ayam yang bersahut-sahutan menyambut pagi, titik-titik embun sedang naik ke langit biru. “kring… kring…” Bunyi alarm memaksa Togar untuk meninggalkan Selimut yang yang membungkus dirinya menahan dinginnya pagi. Segera Togar bersiap untuk pergi ke kampus yang tidak jauh dari kos-kosannya. “Hei bro!” kata-kata itu manusuk masuk telinga Togar ketika akan menaiki tangga menuju lantai empat gedung Fakultas Manajemen Universitas Dappersrt. Pada saat berbalik untuk menanggapi panggilan itu, dia melihat sahabatnya Martina datang mendekat sambil berlari. Togar berpura-pura tidak melihat dan berbalik melanjutkan langkahnya tak mengacuhkan. Martina berlari dengan cepat kemudian segera mendekati Togar. Wanita tomboy ini langsung mengarahkan tangannya ketelinga Togar untuk menyentilnya dari belakang. Terkejut, pria berhidung pesek ini langsung menggerakkan kepalanya mecoba menghindari serangan itu. Posisinya yang sangat dekat dengan mading membuat kepalanya menghantam kaca penutup mading dengan sangat keras. Segera, kaca itu pecah dan berhamburan diikuti darah yang mulai keluar dari telinga kiri menuju ke leher. Pria bertubuh kurus ini langsung meraih lehernya dan berusaha melepaskan beberapa serpihan kaca yang masih menempel di pipi dan sekitar leher. Martina yang melihat darah yang mulai menganak sungai langsung mengambil beberapa helai tisu dari dalam tas kecil yang selalu dibawanya kemana-mana. Ketika darah dari leher pria itu dibersihkan, Sara melihat masih ada beberapa serpihan kaca yang masih menancap dilehernya. Sesaat kemudian, teman-teman yang baru sampai dan melihat kejadian itu langsung menggotongnya keruang perawatan untuk segera di beri pertolongan pertama. Setalah dua jam di, istirahatkan. Sara yang merasa paling bersalah dan pantas untuk menerima hukuman akibat perbuatannya, masih saja menangis sambil duduk di sebelah tempat tidur.Jo mulai terbangun dan berusaha membiasakan diri menggerakkan kepalanya karena masih terasa kaku. Melihat Sara yang belum bisa berhenti menahan tangis, Jo mulai memikirkan cara usil untuk membuatnya semakin merasa bersalah. “Knapa sih main sentil seenaknya?” Tanya Jo “Itukan udah biasa” balas Sara “Lagipula kenapa kamu langsung menghindar? Kalau kamu mau nyium kaca, pakai bibir, bukan kuping! Apa kacanya bicara? Jadi kamu mau dengar dia?” tambah Sara sambil membela diri diikuti air mata yang masih terus mengalir. Jo yang semula ingin memberi pelajaran, menjadi iba dan merasa bersalah melihat Sara masih saja menagis tersedu-sedu. Melihat wanita dengan ambut panjang teruarai ini masih tertunduk sambil menangis, Jo berusaha untuk menyentil telinganya. Tiba-tiba Sara mengangkat kepalanya. kuku jari telunjuk yang digunakan untuk menyentil telinga Sara mengenai dan menggores hidungnya. Walaupun mengeluarkan darah, tetapi karena luka yang ditimbulkan kecil dapat ditanggulangi dengan memberi sedikit perban pada lukanya. Beberapa hari kemudian, perban yang biasa melilit leher pria berkacamata ini sudah bisa dilepas. Ia sudah bisa mengikuti perkuliahan dengan kepala yang lebih bebas bergerak. Walaupun sudah terkena teguran keras mereka berdua masih terus saja bercanda. Suatu sore di kediaman Sara, Jo dan beberapa temannya datang untuk mengerjakan tugas bersama-sama. Kali ini Sara tidak banyak bercanda dengan Jo. Mungkin karena pria berambut ikal ini tidak membalas candaan-candaan yang diberikan. Ketika mereka sudah selesai, mereka berbenah dan memasukkan buku-buku ke dalan tas masing-masing. Karena masih mau membaca, Sara tidak langsung meyimpan buku tugasnya ke dalam rak. Segera Jo dan temannya berdiri bersiap untuk kembali. Sara berjalan lebih dulu untuk membuka pintu. Melihat tugas Sara tergeletak diatas meja, Jo mengambil lalu menyembunyikannya kedalam tas kecil yang disandangnya. Keesokan paginya di kampus, dosen yang seharusnya masuk belum juga datang. Keadaan kelas menjadi kacau balau. Setiap siswa berlarian kesana-kemari dan ada pula yang memukul-mukul meja. Melihat waktu kuliah tinggal 8 menit lagi dan dosen belum datang juga, mereka segera berbenah dan memasukkan segala perlengkapannya ke dalam tas. Beberapa mahasiswa mulai keluar lebih dahulu. “Hei kalian mau kemana?” Tanya suara yang tidak asing lagi ditelinga ketika beberapa mahasiswa jalan menuju koridor “cepat masuk!” lanjutnya dengan nada tinggi. Sara yang sudah di depan pintu, lekas kembali ketempat dia duduk melihat mahasiswa yang tadi keluar berlarian tunggang-langgang kembali kedalam kelas. Keadaan kelas yang semula bagai pasar loak, berubah bak kumpulan manusia tuna rungu. Komisarin tinggi diminta untuk mengumpulkan semua tugas. Kepanikan mulai terlihat di wajah sicantik Sara. Semua tugas telah dikumpulkan, setiap murid telah menyerhakan tugas masing-masing disertai dengan tugas tambahan yang baru saja diberikan. Sara yang tidak membawa tugasnya hanya menyerahkan tugas tambahan yang baru saja ditugaskan. Tugas itu merupakan tugas yang sangat penting karena akan banyak berpengaruh terhadap penilaian akhir. Diperjalanan menuju kerumah, Sara yang ditemani Jo dan teman lain, tidak banyak bicara. Sangat berbeda dari hari-hari sebelumnya. Sesampainya dirumah Sara segera menuju ke kamarnya, ia melampiaskan kemarahannya kepada benda-benda yang ada di kamar. Sontak kamarnya berubah seperti kapal pecah. Sejak hari itu keseharian Sara berubah seratus delapan puluh derajat. Jo yang semula berniat untuk iseng, merasa bersalah atas perbahan Sara. Wanita yang biasanya membuat kekacauan itu, telah berubah total. Kesedihan wanita bertubuh jangkung itu semakin menjadi. Pasalnya tugas itu merupakan bagian dari tuga akhir. Karena keadaan Sara sudah semakin parah, hari-harinya lebih banyak termenung di tempat tidur. Jo datang berkunjung kerumah Sara guna menenangkannya. Bukannya membuat Sara lebih baik dan berubah pria berkumis tipis ini malah diusir keluar oleh Sara. Sejak saat itu, persahabatan diantara mereka semakin merenggang. Jo ikut bersedih. Ia selalu merenungi kesalahan besar yang telah dibuatnya. Saat yang paling mendebarkan di setiap kalangan mahasiswa pun tiba. Pembagian kertas nilai. Sara sudah memprediksi dan menduga sebelumnya nilainya pasti rendah. Dia tidak akan bisa memperoleh IP tinggi yang bisa membahagiakan orangtua terutama dirinya sendiri. Setiap mahasiswa telah mendapat kertas yang bertuliskan nilai masing-masing. Pada saat dibalikkan guna melihat nilai, Jo terlihat senang. Kemurungan yang diperlihatkan ketika melihat Sara entah pergi kemana. Tapi, berbeda dengan Sara, Ia hanya termenung sambil melihat teman yang lain lompat kegirangan, berpelukan, memukuli meja, berjabat tangan, menulis-nulis di papan tulis, foto-foto, dan ada pula yang langsung mengabari pacar beserta keluarganya. Sara tidak begitu, Ia tidak berani membalikkan kertas di mejanya apalagi melihat nilainya. Ketika teman-teman yang lain sudah pulang, Jo mendekati Sara sambil berusaha untuk meraih kertas nilainya. Sara tertunduk lesu. Ia takut kalau Sahabatnya akan meledeknya. Jo kemudian melihat sara sambil tersenyum. Sara terkejut bahwa IP yang tertera dikertasnya lebih tinggi dari yang pernah dibayangkannya. Jo mulai menceritakan perihal tugas yang tidak pernah dikumpul Sara. Jo sebenarnya telah menyerahkan tugas itu bersamaan dengan yang lain tanpa sepengetahuan Sara. Sejenak Sara tersenyum sinis. Kemudian tertawa terbahak-bahak karena sahabatnya mengerjainya sehebat itu. Tapi, senyumnya berubah dan berniat membalas perbuatan Jo. Dia merampas kertas nilai Jo dan melarikannya ke koridor. Jo yang ikut mengejar dari belakang tak mau kalah. Sara kemudian melemparkan kertas itu ketemannya yang berada disudut bangunan lantai dua itu. Jo berusaha melompat untuk mendapatkannya, tapi ternyata ia melakukannya terlau kencang dan terlau jauh. Tanpa Ia sadari Ia melewati dinding pembatas yang belum selesai di bangun. Beberapa saat kemudian dia jatuh dari lentai empat dengan posisi kepala membentur beton lantai dasar. Pada saat itu pula, Ia meninggal. R I p

3 comments:

  1. saran ne pra
    kurangi bahasa yang bersifat pleonasme
    pada baris pertama uda lsg nampak x :D

    ReplyDelete
  2. Makasih appara ku udah mampir. Mungkin Pleonasme, tapi niat awal hanya mau ngasi penekanan.

    ReplyDelete
  3. klw mw penekanan agak bermain di diksi za pra
    pleonasme berakibat kebosanan tingkat dewa bagi pembaca

    ReplyDelete