27 November 2013

9:29 PM
     Hari ini, adalah jadwalku untuk mengantarkan adik empunya kontrakanku ke tempat dia menimba ilmu. Sekeliling pandanganku hitam, gelap, tak ada setitik cahayapun. Kaki ini pun rasanya takut melangkah, takut kalau-kalau di depan kakiku adalah jurang yang curam, berbatu, dan dalam, atau mungkin kolam lumpur hidup yang didalamnya ratusan buaya kelaparan sedang menjemur gigi mereka sambil membuka mulutnya sampai membentuk sudut siku-siku. Terdengar suara kaki, namun sangat lembut. Mungkin dia berjalan dengan perlahan sambil mengenakan sepatu karet atau kaus kaki karet.

     Dari sela-sela kelima jari tanganku, kurasakan satu-persatu diisi jari-jari yang tak tahu dari mana datangnya. Ingin rasanya berlari, meninggalkan hal aneh itu, tapi, ketakutanku kembali muncul. Tanganku dituntunnya meninggalkan tempatku semula, cukup cepat, mungkin dia bisa melihat, atau memang aku yang terlalu takut untuk melangakah.

     Setitik cahaya yang terlihat sangat jauh, lebih jauh, mulai berani memunculkan diri. Kakiku menyambutnya dengan sangat baik. Kurasakan semakin ringan saja alat gerakku yang satu ini Semakin cepat tangan itu menarikku, semakin keras kurasakan dia memegangnya. Seolah seseorang yang takut kehilanganku. Kucoba rasakan tanganya, ternyata sangat lembut, sangat halus. Aku yakin itu adalah tangan dari seorang wanita, tapi, lagi-lagi aku tak dapat melihat wajahnya. Gelap.

     Akupun mempercepat langkahku yang berkejaran dengan hembusan nafas untuk samapi di tempat yang ada cahaya agar aku bisa melihat sosok yang kuyakini wanita itu. Kami sudah berdada di tepi, dekat dengan sumber cahaya tadi. Semangatku terus kupacu dan sepertinya begitupun juga dengannya. Semakin dekat dengan terang, dan sangat dekat, dia melepaskan tangannya perlahan dan melepaskan seluruhnya seolah merasa tugasnya mengantarkanku ke jalan yang terang telah usai. Sempat kuperhatikan sebuah penjepit rambut berwarna merah jambu melekat dengan indahnya diatas telinga wanita itu, aku semakin yakin dia seorang wanita ketika dia berbalik dan aku bisa merasakan gaunnya menyentuh kakiku.

     Aku coba melompat untuk kembali meraih tangannya, “bang, abang udah bangun? Antar aku ke seokolah ya bang” anak ibu kosku meminta.
Kelanjutannya



BaTBoY

0 comments:

Post a Comment