27 November 2013

9:28 PM
     Siang ini, ketika aku melangkahkan kakiku menuju warung makan di sekitar kontrakaknku, dia kembali hadir. Rambut yang tadinya masih di beri penjepit rambut ntah kenapa dilepaskan sehingga bahunya tertuptupi rambut lebatnya. Hanya saja, aku tak mampu bergerak, beku, kala dia tersenyum manis, lebih manis dari madu, ke arahku. Kuperhatikan kakinya, kiri-kanan, bergerak lambat, perlahan, menuju kearahku. Ingin rasanya berlari menerjangnya, seperti adegan yang bertebaran di Televisi. Akupun ikut melambatkan gerakan. Leher ini rasanya lepas kendali, langsung saja mengarahkan kepalaku kearah datangnya wanita itu dari ujung gang. Kali ini, wajahnya belum juga tampak jelas di mataku, matahari tepat berada di belakngnya, mengaburkan pandanganku sembari mengolok diriku yang tak tahan untuk tetap bersikap normal didepan gadis itu. 

     Aroma masakan dari warung tadi tak juga mampu mengalihkan perhatianku. Kupandangi sekitar, tak ada siapapun. Sudah jelas senyum yang ditujukannya itu hanya untukku seorang. Sebuah batu kecil yang ntah sejak kapan ada di dekat kakiku, membuat jalanku terganggu dan hampir saja memaksaku rebah ke tanah. Secepat yang kubisa, spontan, ku raih tiang tenda warung makan tadi. 

     Kembali kuarahkan pandangan ke ujung gang, namun dia sudah tak ada. Mungkin masuk ke salah satu kontrakan di gang ini, atau… 
Kelanjutannya



BaTBoY

0 comments:

Post a Comment